Malang memang selalu punya cara untuk memukau, tak hanya dengan hawa sejuk dan pemandangan pegunungannya, tapi juga dengan kekayaan budayanya yang memicu adrenalin. Lupakan sejenak kafe kekinian, karena ada satu pertunjukan rakyat yang wajib disaksikan: Kesenian Bantengan.
Pengalaman menonton Bantengan bukanlah sekadar menonton tarian. Ini adalah sebuah perjalanan ke dalam dimensi ritual, mistis, dan semangat leluhur yang begitu kental.
Saya beruntung, sebelum kepulauan ke Surabaya, saya bisa menikmati kesenian Bantengan yang diadakan di halaman department store kebanggaan kota Malang.

Ya, hari itu, lapangan department store penuh dengan para penonton. Mereka ingin melihat penampilan Bantengan. Acara ini merupakan final Kesenian Daerah.
Ada sepuluh kelompok Bantengan yang akan memperebutkan gelar juara. Semua pemainnya adalah anak-anak muda. Ini menjadi bukti bahwa, kesenian khas Malang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Melihat Bantengan di lapangan department store ini menjadi pengalaman pertama saya.
Kepala Banteng, Jantung Gamelan

Pertama kali mendengar nama “Bantengan”, mungkin yang terbayang hanyalah tarian biasa. Tapi begitu menyaksikan langsung, aura pertunjukan ini langsung menusuk.
Bayangkan: Sebuah topeng kepala banteng berukuran besar, lengkap dengan tanduk asli kerbau atau sapi, dimainkan oleh dua orang penari (satu sebagai kepala/kaki depan, satu sebagai ekor/kaki belakang). Kostum dominan hitam dan merah, menyerupai banteng yang sedang “berot” atau mengamuk.
Iringan musiknya? Bukan musik pop, melainkan gamelan yang bertempo cepat, suara terompet yang melengking, dan tabuhan jidor yang menghentak. Semua elemen ini bekerja sama menciptakan suasana yang megah sekaligus mencekam.
Apalagi, bau dupa dan kemenyan yang dibawa oleh salah satu penari menyerbak kuat, membuat suasana Bantengan terasa mistis.
Puncak Ketegangan: Saat Sang Banteng “Ndadi”

Daya tarik utama Bantengan, dan yang paling membuat jantung berdebar, adalah momen “ndadi” atau kesurupan.
Di tengah pertunjukan, bau kemenyan atau dupa mulai tercium. Pawang atau Sesepuh yang memimpin acara akan memainkan perannya, sering kali dengan mencambukkan pecut (cambuk) ke tanah. JDER! Suara pecut itu seolah menjadi komando bagi roh leluhur Banteng untuk hadir.
Baca Juga : Kayutangan: Jantung Sejarah Malang yang Berdenyut Kembali
Sekejap, gerakan si Banteng akan berubah drastis. Yang tadinya hanya menari lincah, kini menjadi liar, agresif, dan tak terkendali. Mata pemain Bantengan akan terlihat kosong, dan mereka akan mulai “mberot” (mengamuk), menyeruduk ke sana kemari.
Itu dia momen paling seru! Para penonton akan berteriak histeris, ada yang mundur ketakutan, namun banyak juga yang tertawa geli karena penasaran.
Tips Nonton Aman: Jika melihat Bantengan yang sedang “ndadi” mulai mengarah ke kerumunan, segeralah menjauh. Jangan coba-coba menyentuh atau menghalangi, dan yang paling penting, JANGAN BERSIUL atau meniup peluit! Konon, suara siulan akan membuat Banteng semakin marah dan mengejar sumber suara.
Lebih dari Sekadar Tarian Kerasukan

Meskipun terlihat seperti tontonan yang fokus pada unsur magis, Bantengan sejatinya memiliki makna yang dalam. Bantengan lebih dari sekadar tarian kerasukan.
Kesenian ini memiliki banyak makna yang mendalam.
- Simbol Perlawanan: Banteng sering disimbolkan sebagai sosok pribumi atau rakyat yang gagah berani dan melawan penjajah.
- Pencak Silat: Gerakan tarian Bantengan banyak mengadopsi jurus-jurus Pencak Silat atau kembangan. Kesenian ini dulunya bahkan menjadi cara untuk menarik minat masyarakat bergabung ke dalam perguruan silat.
- Keseimbangan Alam: Selain Banteng, biasanya ada juga penari Macanan (Harimau) dan Monyetan (Kera) yang turut meramaikan. Mereka melambangkan unsur-unsur lain di alam yang harus dijaga keseimbangannya.
Saat pertunjukan selesai, pawang akan melakukan ritual nyuwuk untuk “memulangkan” roh leluhur, membuat para pemain kembali sadar. Suasana tegang pun perlahan mencair, meninggalkan decak kagum dan napas lega dari para penonton.
Di Mana Menemukan Bantengan di Malang?
Pertunjukan Bantengan sering digelar dalam berbagai acara, mulai dari:
- Pesta Rakyat atau Sedekah Bumi di desa-desa sekitar Kabupaten Malang.
- Festival Kesenian atau Karnaval Budaya di Kota Malang atau Kota Batu.
- Acara hajatan atau peresmian di tingkat kampung.
Kalau sedang berada di Malang, cobalah mencari tahu jadwal pertunjukan Bantengan terdekat. Rasanya tak lengkap menjelajahi Malang tanpa ikut merasakan getaran magis dari tradisi yang satu ini.
Baca Juga : Kayutangan di Malam Minggu: Nostalgia, Cahaya, dan Kehangatan Khas Malang
Jujur, kemarin saya sangat beruntung. Tak sengaja bisa melihat kesenian khas Malang ini. Menjadi pengalaman pertama yang berkesan dan tak terlupakan.
Bantengan adalah warisan budaya yang menawarkan paket lengkap: seni tari yang memukau, musik yang enerjik, dan sensasi mistis yang membuatmu tak bisa berpaling. Ini adalah bukti bahwa semangat dan tradisi leluhur masih hidup dan kuat berdetak di jantung Arema.
Apa teman-teman pernah punya pengalaman menonton kesenian Bantengan? Bagikan ceritamu di kolom komentar!