One Day Trip ke Bromo untuk Pemula: Ini yang Harus Kamu Tahu!

Share This Post

Bromo tuh kayak magnet ya, selalu menarik buat dikunjungi, bahkan buat yang belum pernah naik gunung sekalipun. Tapi gimana kalau kamu cuma punya waktu sehari? Bisa nggak sih puas keliling Bromo dalam sehari, terutama kalau kamu masih pemula banget dalam hal traveling ke alam?

Jawabannya: bisa banget! Tapi tentu dengan catatan, kamu harus siapin beberapa hal penting biar perjalanan one day trip kamu ke Gunung Bromo tetap seru, nggak zonk, dan tetap aman. Nah, minggu lalu saya menikmati one day trip ke Bromo bareng bestie. Nyatanya, saya yang pemula ini berhasil menaklukkan Bromo! Yuk simak cerita lengkapnya di artikel ini! 

Kenapa Bromo Cocok Buat Pemula?

Bromo itu bisa dibilang salah satu destinasi pegunungan yang “ramah pemula.” Jalurnya nggak seberat gunung-gunung lain, akses jalan sudah bagus, dan fasilitas turisnya cukup lengkap. Selain itu, banyak travel yang menawarkan one day trip, jadi kamu tinggal duduk manis dan menikmati pemandangan.

Bahkan, kalau menurut orang yang sudah biasa hiking, Bromo mah bukan pendakian, itu hanya wisata! Saking ringannya untuk anak gunung! 

Nah oleh karena itu, Bromo memang cocok untuk pemula. Wisata Bromo punya banyak kelebihan, seperti;

* Nggak perlu bawa tenda

* Nggak harus hiking berjam-jam

* Spot wisatanya bisa dicapai dengan jeep

Cocok banget buat saya yang baru pertama kali menjajal wisata alam atau cuma punya waktu terbatas.

Pilih Travel Agent yang Terpercaya

Karena waktu terbatas, travel agent bisa jadi penyelamat. Biasanya mereka udah punya itinerary matang dan pemandu yang ngerti medan. Kamu tinggal booking, bayar, terus tinggal ikut aja.

Tips pilih travel agent:

  • Cek review di Google atau Instagram
  • Lihat testimoni dan dokumentasi trip sebelumnya
  • Pastikan sudah termasuk jeep, tiket masuk TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), dan makan/minum kalau bisa

Harga one day trip biasanya mulai dari Rp350.000–Rp500.000, tergantung fasilitas dan titik penjemputan.

Kemarin perjalanan wisata saya menggunakan travel agent, Kawan Jelajah. Travel agent yang dipilih oleh Thia, sahabat saya. Thia juga yang mensponsori perjalanan wisata ini. Saya tinggal berangkat saja. Thanks to Thia ❤❤❤. 

Baca Juga : Liburan Dadakan Bareng Bestie

Berhubung kami berlima, Thia memilih paket privat tour. Jadi kami tak akan bersama orang lain saat perjalanan. Terus, dijemput di rumah, tidak di titik kumpul seperti yang lainnya. 

Selama perjalanan, kami di temani mas Ardi. Orangnya ramah dan lucu. Travel agent ini recommend, kok. Bisa jadi rekomendasi saat kamu ingin melakukan one day trip juga. 

Kisah Dimulai Pukul 11 Malam 

Buat yang baru pertama kali ke Bromo, hal pertama yang perlu diketahui adalah: ini bukan liburan santai. Karena kebanyakan one day trip ke Bromo dimulai dari jam 11 atau 12 malam. Bayangin, pas orang lain lagi deep sleep, kita malah berangkat ke gunung, pakai jaket tebal, mata masih 70% ketutup. Tapi ya itulah pengorbanan demi bisa lihat sunrise di atas awan. 

Travel agent menjemput pukul 11 malam tepat. Sengaja saya menolak tawaran kopi dari Thia. Saya ingin tidur saat perjalan. Agar saat sampai di Bromo saya tidak mengantuk saat menunggu matahari terbit. 

Kami berhenti sejenak di rest area Pasuruan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kembali, pukul 2 dini hari kami sampai di Bromo. Berganti jeep untuk melanjutkan perjalanan. 

Dan pas jeep mulai naik ke arah Penanjakan, udara dingin menyeruak masuk dari sela-sela jaket, langsung bikin saya sadar: “Oke, ini serius dinginnya.”

Berhubung saat kesana bertepatan dengan long weekend, suasana Bromo padat merayap. Jeep terjebak macet. Duh, agak deg-deg an, takut nggak keburu mengejar sunrise. 

Akhirnya, kami putuskan jalan kaki ke penanjakan. Meski jaraknya lumayan jauh. Demi apa, demi mengejar sunrise! 

Sampai View Point: Antara Beku dan Terpesona

Sesampainya di viewpoint sunrise, orang-orang udah kayak semut rebutan spot. Semua pengin dapat angle terbaik buat motret mentari yang pelan-pelan nyembul dari balik gunung.

Tangan jadi beku, hidung merah, dan kamera susah fokus karena ngembun. Tapi waktu langit mulai berubah warna, dari gelap pekat ke oranye muda yang hangat, semua rasa nggak nyaman tadi langsung lenyap. Speechless.

Dan itu cuma awalnya.

Bukit Widodaren Bromo Tawarkan Panorama Secantik Bidadari

Widodaren” dalam bahasa Jawa memiliki arti “bidadari” atau “makhluk langit” yang cantik dan indah. Kata ini sangat pas untuk menggambarkan kecantikan bukit yang juga merupakan salah satu kawasan wisata di Bromo. 

Dibandingkan dengan Gunung Bromo, Bukit Widodaren memang tidak terlalu terkenal. Meskipun demikian, panorama alam di tempat ini tidak kalah dengan Gunung Bromo. Karena belum terlalu dikenal masyarakat, Bukit Widodaren tidak seramai Gunung Bromo sehingga cocok bagi yang kurang suka keramaian. Saat kesana kemarin, suasana disini juga cukup sepi meski wisawatan Bromo sedang membludak. 

Puncak Bukit Widodaren memiliki panorama alam yang sangat memesona. Pemandangan di sini terlihat lebih menakjubkan di pagi hari.

Kami mendapatkan banyak foto-foto cantik saat di sini. 

Bukit Teletubbies, Savana yang Menenangkan

Puas menikmati keindahan bukit Widodaren, perjalanan kami selanjutnya adalah ke Bukit Teletubbies, padang rumput hijau bergelombang yang tenang banget setelah keramaian di spot-spot sebelumnya. 

Di sinilah biasanya saat yang tepat untuk tarik napas, duduk di rerumputan, dan mulai mencerna semuanya. Beristirahat di sini sejenak sambil menikmati angin sepoi-sepoi, sungguh syahdu. 

Lautan Pasir, Kawah, dan Langkah-langkah Melelahkan

Setelah bukit Teletubbies, petualangan belum selesai. Jeep bawa kami ke Lautan Pasir, hamparan luas warna abu-abu yang debunya bisa bikin rambut jadi bad hair day total. Di sanalah berdiri Pura Luhur Poten yang bikin suasana makin magis, seolah kita lagi di film kolosal.

Baca Juga : Micro-Tourism: Gaya Liburan Simpel, Murah, Tapi Tetap Seru!

Sayangnya, kami tak bisa mampir ke Pura. Sebab, Pura tidak dibuka untuk umum setiap harinya. Hanya saat upacara-upacara tradisional keagamaan, seperti saat Kasodo. 

Kalau mau naik ke kawah Bromo, siapin tenaga ekstra. Ada sekitar 250 anak tangga yang siap bikin napas ngos-ngosan. Saya yang tak pernah mendaki, rasanya mau pingsan dan sempat ingin menyerah. Namun, saya tetap berjalan hingga mencapai puncak. 

Setelah sampai di atas, kamu akan dapat pemandangan kawah yang masih berasap dan langit biru cerah yang sulit ditandingi. Rasanya perjuangan mendaki terbayar lunas. Ya meski tetap harus menjaga semangat untuk turun lagi. 

Buat yang tidak kuat mendaki, bisa menggunakan jasa kuda. Tarifnya 50 ribu sampai anak tangga. Setelah itu, baru mendaki tangga untuk ke puncak. 

Yang Tersisa Setelah Pulang: Foto, Pegal, dan Rindu

Pas udah pulang, baru deh kerasa pegalnya. Tapi pas scroll galeri, ngeliat hasil jepretan sunrise, siluet jeep, dan senyum lebar meski mata panda… rasanya pengen diulang. Bukan karena nyamannya, tapi karena vibes-nya.

Dan itu yang bikin banyak orang balik lagi ke Bromo, bahkan berkali-kali.

Penutup: Bromo Memang Beda

Gunung Bromo bukan tempat liburan biasa. Dia nggak menawarkan kemewahan atau kenyamanan, tapi justru menghadirkan sensasi alami yang jujur dan tulus. Kayak sahabat lama yang bikin kita merasa “hidup” meski sebentar.

Jadi kalau kamu tanya, kenapa orang-orang kangen Bromo meski dingin dan ramai? Karena Bromo bukan cuma destinasi. Dia adalah pengalaman.

Baca Juga : 11 Pilihan Tempat Wisata Di Sukabumi Terpopuler 2025 Untuk Refreshing

Dan pengalaman yang tulus, walau singkat, selalu meninggalkan jejak di hati.

Kalau kamu juga pernah ke Bromo, share dong momen paling berkesan di  kolom komentar, ya! 

📷 : Thia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore