Kevin Gani: Dari Gayung Kosong Hingga Revolusi Bioekonomi, Jalan Panjang Pejuang Pangan Berkelanjutan Peraih ASTRA SATU Indonesia Awards 2024 

Share This Post

Ada kalanya, sebuah perubahan besar lahir dari ingatan yang mengiris hati. Bagi Kevin Gani, pemuda hebat asal Jawa Timur, momen itu adalah pertemuan dengan seorang nenek di Surabaya yang menerima makanan darinya menggunakan sebuah gayung, karena ia tak punya piring.

Kisah pilu ini, ditambah dengan kenyataan pahit bahwa Indonesia adalah negara penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia, menjadi api yang tak pernah padam di hati Kevin. Ia melihat dua sisi mata uang yang kontras: makanan melimpah dibuang sia-sia, sementara di sisi lain, ada yang kelaparan. Momen inilah yang melahirkan Yayasan Garda Pangan dan menjadikannya peraih penghargaan ASTRA SATU Indonesia Awards (SIA) 2024 sebagai Pejuang Pangan Berkelanjutan.

Indonesia Darurat Sampah. Makanan

Siapa yang masih ingat ledakan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah, Cimahi, terjadi pada 21 Februari 2005? Ledakan itu mampu menimbun dua desa dan menewaskan 157 orang, serta menyebabkan ratusan warga lainnya hilang. Semua ini terjadi karena sampah makanan yang menumpuk di TPA. 

Sampah makanan, sebagai bagian dari sampah organik, akan membusuk dan menghasilkan metana, yang kemudian dapat terakumulasi di TPA dan menyebabkan ledakan serta longsor jika terkena percikan api, seperti yang terjadi dalam tragedi TPA Leuwigajah pada tahun 2005. 

Kini, sudah dua dekade setelah tragedi Leuwigajah. Apakah Indonesia sudah bisa mengatasi masalah sampah makanan ini? 

Sedihnya, hingga kini Indonesia masih belum bisa merdeka dari sampah makanan. Berdasarkan data dari Bappenas, Indonesia menyumbang sekitar 48 juta ton sisa makanan setiap tahun. Ini membuat Indonesia menjadi penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia. 

Tentu saja ini menjadi ancaman yang serius. Mengingat, sampah makanan ini masih banyak yang belum diolah, membuatnya menumpuk di TPA. Membuat ledakan TPA menjadi ancaman yang bisa terjadi sewaktu-waktu. 

Ironisnya, sampah makanan yang begitu besar ini terjadi di tengah masih adanya masyarakat Indonesia yang menghadapi kelaparan dan kekurangan gizi. 

Dari Empati Mendalam Menuju Aksi Nyata

Pengalaman pribadi Kevin Gani bertemu dengan seorang nenek prasejahtera di Joyoboyo, Surabaya, yang tidak memiliki piring dan harus berbagi makanan dengan kucingnya menjadi titik balik emosional yang membuatnya bertahan dan berjuang lebih gigih dalam kegiatan berbagi pangan.

Kevin Gani sadar, isu sampah makanan (food waste) bukan sekadar masalah teknis, tapi juga moral dan lingkungan. Saat makanan dibuang, yang terbuang bukan hanya sisa di piring, melainkan juga air yang digunakan untuk menanam, energi yang dipakai memasak, dan tenaga para petani. Intinya: menyia-nyiakan makanan berarti menyia-nyiakan kehidupan.

Kevin Gani membuat aksi nyata, dia mendirikan Garda Pangan. Sejak 2017, Garda Pangan hadir di Surabaya sebagai social enterprise yang berfungsi sebagai food bank perintis. Tugas utamanya sederhana namun berdampak besar: menyelamatkan makanan surplus (berlebih) yang masih layak konsumsi dan menyalurkannya kepada mereka yang paling membutuhkan, khususnya masyarakat prasejahtera, lansia, dan anak-anak di panti. 

Garda Pangan Hadirkan Solusi Holistik dengan Tiga Pilar

Kevin menyadari, persoalan sampah makanan itu begitu kompleks. Tak bisa diatasi dengan satu solusi. Di bawah kepemimpinan Kevin, Garda Pangan hadir sebagai food bank perintis di Jawa Timur yang menjalankan solusi sosial, lingkungan, dan ekonomi secara terpadu. 

Garda pangan menghadirkan solusi holistik melalui tiga pilar;

Pilar 1: Food Rescue — Menyelamatkan dan Mendistribusikan

Ini adalah jantung misi sosial Garda Pangan. Tim relawan yang dijuluki “Food Heroes” bertugas menjadi jembatan kebaikan:

  • Makanan Berlebih, Bukan Sisa: Mereka secara proaktif menjalin kemitraan dengan hotel, restoran, katering, hingga panitia acara pernikahan untuk menyelamatkan makanan berlebih (surplus food) yang masih layak konsumsi dan higienis.
  • Aksi Nyata: Makanan disortir, divalidasi, dan dikemas ulang untuk kemudian didistribusikan kepada warga prasejahtera, lansia, panti asuhan, dan komunitas marjinal lainnya.

Garda Pangan melakukan kerja sama dengan mitra-mitra dari kalangan restoran, hotel, bakery, kafe, rumah makan, katering, dan industri makanan lainnya. Food rescue dilakukan setiap harinya dengan menjemput makanan yang tidak terjual dari mitra, untuk didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Pilar 2: Gleaning — Dukungan untuk Petani

Garda Pangan juga berupaya mengatasi food loss di tingkat hulu. Melalui program Gleaning, relawan Garda Pangan turun langsung ke lahan pertanian. 

Gleaning adalah mengumpulkan sisa-sisa panenan yang sengaja ditinggalkan petani di lahan, yang sebenarnya masih sangat layak dimakan, untuk mengurangi potensi sampah makanan. 

Program ini membantu membeli atau mengambil hasil panen (sayur dan buah) yang berisiko terbuang karena kelebihan pasokan atau harga jual yang anjlok. Langkah ini tidak hanya mengurangi pemborosan, tetapi juga mendukung keberlangsungan hidup petani.

Pilar 3: Bioekonomi — Mengubah Limbah Menjadi Berkah

Inovasi lingkungan Kevin Gani yang paling menonjol adalah solusi berkelanjutan untuk makanan yang tidak layak konsumsi manusia. Kevin tak hanya mencegah penumpukan makanan sekaligus mengurangi kelaparan, namun juga berinovasi dengan Bioekonomi. 

Bioekonomi adalah suatu sistem ekonomi yang memanfaatkan sumber daya hayati terbarukan untuk menghasilkan makanan, energi, dan produk industri, dengan tujuan meningkatkan keberlanjutan. Ini melibatkan penggunaan bioteknologi untuk mengubah biomassa menjadi produk, bahan kimia, dan bahan bakar, serta menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. 

Inovasi bioekonomi yang dilakukan oleh Kevin Gani: 

  • Daur Ulang Maggot BSF: Makanan organik sisa diolah menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. Sisa residunya pun dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk kebun komunal. Inilah yang disebut Kevin sebagai Revolusi Bioekonomi.
  • Dampak Terukur: Melalui model ini, Garda Pangan telah berhasil mengolah lebih dari 410 ton limbah pangan, sekaligus mencegah jutaan kilogram emisi .

Apresiasi Atas Dedikasi

Perjuangan Kevin Gani dalam menjalankan Garda Pangan tentu tak selalu mulus. Berbagai tantangan dihadapi. Sebagai perintis food bank, tentu saja jalannya tidak mudah. Konsep food bank (bank makanan) dan mendistribusikan makanan berlebih masih merupakan hal yang awam atau baru di Indonesia. 

Belum lagi persoalan logistik dan manajemen makanan. Ini pun menjadi tantangan utama, yaitu menjaga kondisi makanan supaya tetap segar dan layak konsumsi serta harus bekerja dengan waktu yang sangat ketat agar makanan tidak rusak sebelum didistribusikan.

Selain itu tantangan lain yang dihadapi adalah penanganan hasil panen pertanian (gleaning) yang tidak memenuhi standar pasar (cacat/terlalu kecil) namun tetap layak makan, dan memastikan hasil panen tersebut dapat didistribusikan dengan cepat.

Dan tentu saja Kevin ingin program ini terus berkelanjutan. PR lainnya adalah bagaimana memperluas jangkauan layanan dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta menjalin kemitraan yang berkelanjutan.

Namun, dibalik semua tantangan itu, Kevin Gani terus bergerak. Sejak berdiri, Kevin Gani telah mengubah empati menjadi aksi. Hingga tahun 2025, ia bersama timnya telah:

  • Menyelamatkan dan Mendistribusikan lebih dari 600.000 porsi makanan kepada sekitar 28.000 penerima manfaat di Jawa Timur.
  • Menggerakkan lebih dari 1.500 relawan muda sebagai Food Heroes yang menjadi ujung tombak perubahan.

Dedikasi ini membuatnya mendapatkan apresiasi nasional. Kevin Gani menjadi salah satu peraih ASTRA SATU Indonesia Awards. SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra bagi generasi bangsa yang berkontribusi menciptakan kehidupan berkelanjutan. Program ini berfokus pada lima bidang utama, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. 

Referensi :

#APA2025-PLM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore