Maman Sulaeman, Permudah Siswa Belajar dengan Aplikasi Tanpa Sinyal Tanpa Server

Share This Post

Maman Sulaeman
Maman Sulaeman dengan Aplikasi Penilaian Belajar Mode Darurat “Tanpa Sinyal, Tanpa Server” | dokpri Maman Sulaeman 

“Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Penggalan ayat dalam Al Qur’an ini nampaknya menjadi penyemangat Maman Sulaeman. Guru Komputer SMK Gondang Pekalongan ini tak lelah berusaha agar anak-anaknya didiknya tetap bisa mengenyam pendidikan di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi dua tahun lalu. 

Pandemi membuat pendidikan berlangsung secara daring (dalam jaringan). Gawai dan internet menjadi pendukung utama. Namun, bagaimana jika tidak ada sinyal dan server? Haruskah pendidikan menjadi mandeg?

Tidak! Pendidikan harus tetap berjalan. Mama Sulaeman pun menciptakan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server atau yang disebut juga dengan TMFCBT (TCExam Mobile Friendly Computer Based Test)

Inovasinya ini mempermudah siswa belajar meski tanpa sinyal tanpa server. 

Bagaimana perjalanan Maman dengan aplikasi TMFCBT ini? Simak cerita saya yang berkesempatan mewawancarai Maman Sulaeman via WhatsApp berikut ini, ya!

Berawal dari Kendala Belajar Daring SMK Gondang Pekalongan

Pandemi membuat pendidikan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pembelajaran yang semula berada di ruang-ruang kelas kini berpindah dalam gawai. Siswa dan guru terhubung dalam jaringan. 

Namun, beberapa kendala bermunculan. Salah satunya tidak ada sinyal tidak ada server. Inilah yang dialami oleh siswa-siswa SMK Gondang Pekalongan. Beberapa diantaranya tak bisa mengikuti ujian yang dilaksanakan secara online. Mereka tidak memiliki akses terhadap sinyal dan server.

Maman Sulaeman tak tinggal diam. Dia terus mencari cara agar anak didiknya bisa tetap belajar, meski tanpa sinyal tanpa server.

Maman hanya mengandalkan kemampuannya sebagai sarjana ilmu komputer, dia berusaha menciptakan aplikasi belajar yang memudahkan siswa-siswanya. Hingga lahirnya TMFCBT, Aplikasi Belajar Tanpa Sinyal Tanpa Server.

Keterbatasan bukanlah penghalang

Menarik sekali saat mendengar Maman bercerita tentang bagaimana perjalanannya dalam menciptakan aplikasi ini. Keterbatasan yang ada ternyata tak menghalangi kreativitasnya.

Saat membuat aplikasi ini, Maman sendiri tak punya laptop pribadi. Ia gunakan laptop sekolah untuk menciptakan aplikasi ini. WiFi sekolah dan bantuan kuota pemerintah untuk guru ikut mendukungnya dalam membuat aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini. 

Kendala lain yang dihadapi Maman saat membuat aplikasi ini adalah saat itu dirinya belum begitu mahir pemrograman beberapa kali lupa dalam membuat kode tertentu, namun dia tak putus asa. Berbekal jaringan internet, dia pun mencari sumber belajar yang bisa membantunya menciptakan aplikasi ini. 

Tak hanya itu, Maman pun harus berkejaran dengan waktu. Ditengah sisa waktunya, dia menyempatkan diri untuk menciptakan aplikasi ini. Tak heran waktu bersama keluarga pun tersita. Beruntung, keluarga selalu mendukung. 

Dukungan keluarga sangat berarti bagi Maman. Keluarganya tak keberatan jika ditengah-tengah family time dia masih harus mengurusi aplikasi ini.

Di setiap kesulitan ada kemudahan

Maman percaya, di setiap kesulitan akan ada kemudahan. Di saat pandemi mengharuskan pembelajaran berlangsung secara daring, di mana hal itu sangat membutuhkan gawai dan internet, Maman harus memperjuangkan nasib siswanya. Dia harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswanya yang tak memiliki akses terhadap sinyal maupun server. 

Kesulitan ini mendorongnya untuk mencari jalan keluar. Mencari cara agar semua anak didiknya bisa tetap belajar. Meski tanpa sinyal tanpa server. 

Usahanya yang tak kenal lelah membuahkan hasil. Maman Sulaeman berhasil menciptakan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server, TMFCBT.

Perjalanan TMFCBT, Aplikasi Belajar Tanpa Sinyal Tanpa Server

Pertengahan tahun 2020, Maman mulai mengembangkan aplikasi ujian online di internet. Aplikasi ini sifatnya open source, siapapun bebas menggunakan dan mengembangkannya sesuai kebutuhan. 

Maman Sulaeman
Proses transfer soal melalui Bluetooth di SMK Gondang Wonopringgo Pekalongan bagi siswa yang terkendala kuota dan/atau sinyal | dokpri Maman Sulaeman 

November 2020, aplikasi ini mulai diuji cobakan kepada sebagian siswa, khususnya siswa yang memiliki kendaran dengan jaringan internet. 

Di SMK Gondang Pekalongan cukup banyak siswa yang tinggal di daerah perbukitan. Siswa-siswa ini terkendala jaringan. Mereka pun mengikuti ujian dengan moda darurat, tanpa sinyal tanpa server. 

Setahun kemudian, semua siswa di SMK Gondang Pekalongan melakukan ujian dalam moda darurat. Mereka bisa melaksanakan ujian secara serentak menggunakan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini. 

Maman Sulaeman
Proses Ujian Akhir Semester di SMK Gondang Wonopringgo Pekalongan menggunakan Mode Darurat dokpri Maman Sulaeman 

Semangat menebar manfaat

Keberhasilan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server di SMK Gondang Pekalongan membuat Maman ingin membagikannya secara luas. 

Bersama group TCExam Mobile Friendly CBT for AKM di Telegram, Maman membagikan aplikasi ini secara gratis. Tak hanya itu, grup yang terdiri dari  berbagai lembaga pendidikan, pada berbagai jenjang ini juga menjadi wadah untuk saling berdiskusi dan menyelesaikan masalah jika ada  trouble shooting aplikasi. 

Hingga kini, aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini sudah tersebar ke 25 sekolah di 10 propinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.

Maman Sulaeman
Proses Penilaian menggunakan Mode Darurat di MTs Al Muttaqin, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara | dokpri Maman Sulaeman 

Bahkan, aplikasinya bisa membantu siswa SMK di Kalimantan untuk tetap mengakses ujian meskipun di tengah lautan. Ya, aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini pernah digunakan oleh SMK Kelautan di Kalimantan. Saat itu, siswa-siswa sedang magang di kapal lepas pantai.

penggunaan MODE DARURAT dari SMAN 1 PENYINGGAHAN, Kutai Barat, Kalimantan Timur | dokpri Maman Sulaeman 

Maman semangat menyebarkan inovasinya ini. Sebab, dia tahu bahwa sinyal dan server masih menjadi kendala bagi beberapa sekolah di Indonesia. Dia ingin aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini bisa membantu anak-anak di Indonesia untuk tetap bisa mengakses pendidikan ditengah keterbatasan akses sinyal dan server.

Sungguh luar biasa…

Kendala itu ada

Perjalanan Maman mengembangkan aplikasi ini bukanlah tanpa hambatan. Beragam hambatan datang silih berganti. Mulai dari proses pembuatan hingga saat pengaplikasiannya. 

Menurut Maman, aplikasi belajar yang dikembangkan ini mudah untuk digunakan. Baik oleh guru maupun siswa. 

Sejauh ini tak ada kendala yang berarti. Kalau pun ada kendala, bisalah dikatakan sebagai kendala minor. 

Misalnya, beberapa perangkat yang dimiliki siswa tidak bisa menggunakan aplikasi karena versi browser yang lama, solusinya browser harus diupdae. 

Atau ada beberapa tipe smartphone tidak bisa menggunakan mode darurat sehingga siswa dialihkan ke mode normal. Mode normal adalah mode dimana siswa mengakses aplikasi menggunakan paket data dan jaringan seperti pada umumnya

Namun sekarang seiring berjalannya waktu aplikasi sudah di update agar meminimalisir kendala-kendala ini. 

Jika ada guru atau sekolah yang mengalami kendala dalam menerapkan aplikasi ini, Maman siap memandu dalam grup untuk memecahkan masalahnya. 

Penghargaan Astra Satu Indonesia Award

Kerja keras Maman membuahkan hasil. Tak hanya mampu membantu banyak anak-anak Indonesia belajar tanpa sinyal tanpa sinyal tanpa server saja, dirinya berhasil meraih sebuah penghargaan bergengsi.

Maman Sulaeman memperoleh penghargaan Astra Satu Indonesia Award. Maman mendapatkan penghargaan sebagai pejuang tanpa pamrih saat COVID-19 pada Astra Satu Indonesia Award 2021 yang diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional Tbk. 

Penghargaan ini membuat Maman bisa menginspirasi anak muda, khususnya siswa sekolah agar tidak menjadikan masalah sebagai keterbatasan untuk maju. 

Penghargaan ini juga membuat Maman terus semangat mengembangkan aplikasinya. Dia ingin aplikasinya semakin mudah digunakan, baik untuk siswa maupun guru. 

Dia juga ingin mengupgrade aplikasinya, agar bisa digunakan oleh guru yang awam sekalipun. Maman juga ingin mendampingi sekolah-sekolah yang menggunakan aplikasi ini. 

Harapan Maman 

Maman ingin aplikasi ini bisa legal digunakan secara nasional untuk penilaian belajar di sekolah. Maman ingin aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server ini bisa menjadi referensi bagi Dinas Pendidikan di Indonesia untuk digunakan di semua sekolah dan setiap jenjang pendidikan yang ada. 

Diakhir wawancara, Maman menitipkan pesan.

“Jangan patah semangat, jangan menyerah apabila ada kendala. Karena di suatu kendala disaat yang sama, Tuhan telah memberikan jalan keluarnya”….

#BangkitBersamaUntukIndonesia #KitaSATUIndonesia


0 Responses

  1. Awal baca judulnya berasa enggak percaya, ada Aplikasi Belajar Tanpa Sinyal Tanpa Server…wow, salut buat pak Maman Sulaeman pantas saja memperoleh penghargaan Astra Satu Indonesia Award. Ini bisa jadi solusi pembelajaran yang terkendala sinyal, server..dllnya

  2. aplikasi ini bisa jadi solusi anak-anak sekolah yang di daerahnya minim jaringan internet yaaa… sehingga mereka bisa tetep belajar.. aplikasi yang bermanfaat banget, pantas lah kalo pak Maman dapat penghargaan

  3. Mak Dian Restu sama kita nih. Bunda di awal sama sekali gak percaya – masa sih ada aplikasi tanpa sinyal tanpa server. Tp nyatanya Pak Maman mampu merealisasikannya hingga beliau mendapat penghargaan. Bravo pak Maman yg super brilliant. Save ah linknya utk dibaca sekali lagi.

  4. Serius, aku baru tahu ada aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server.

    Jadi, Mas Maman ini adalah 1 dari 11 pemuda terpilih yang tergerak melakukan hal positif di tengah masyarakat meski dalam pandemi.

    Pemuda yang yang semangat membawa perubahan!

  5. Wajar kalau Maman mendapat apresiasi bergengsi dari Astra karena inovasi belajar yg diadopsi di 25 sekolah di 10 propinsi itu keren banget. Kalau kreatif, semua bisa dicari solusinya. Solutif! Tepuk tang!!

  6. Guru teladan nih, ditengah keterbatasan murid belajar di masa pandemi, beliau menciptakan aplikasi belajar tanpa sinyal tanpa server. TCExam Mobile Friendly Computer Based Test emang sangat cocok nih buat anak-anak di daerah yang terkendala sinyal. Dan salutnya lagi, beliau tidak pelit untuk berbagi aplikasi buatannya ini untuk digunakan di sekolah-sekolah lain yang siswa-siswanya mengalami kendala yang sama dengan di SMK Gondang

  7. kreatif bener ya Pak Maman ini. Memikirkan sesuatu yang memiliki karya terbaik dan menginspirasi serta menolong banyak orang. Apalagi kan belums emua wilayah di Indonesia ada akses internet. Aplikasi ini oke banget

  8. MashAllah~
    Aplikasi belajar tanpa sinyal begini pasti membantu banget. Gak hanya dari sisi orangtua, siswa tapi juga guru yang akan memberikan materi serta kudu tetap belajar daring karena pandemi.

    Selamat dan sukses atas kerja kerasnya, Bapak Maman Sulaeman.
    Apresiasi yang tepat dari Astra Satu Indonesia Award.

  9. Pak Maman semoga dirimu mendapatkan penghargaan yang luar biasa ya. Dirimu memikirkan bagaimana cara anak-anak belajar dg keterbatasan alat dan koneksi internet.

    Pak Maman the real guru teladan nih.

  10. Wah kreatif sekali bisa bikin aplikasi yang walau gak ada sinyal server tetep jalan kan jd kepoohh. Ternyata gak cuma dipakai sekolahnya tapi juga udah bisa dipakai sekolah lain ya. Mayan lha ya hemat kertas. Gak sia2 usahanya yaa bisa dapat penghargaan jg TFS ceritanya.

  11. wow salut buat pak maman yang telah menciptakan aplikasi ini, memang layak mendapatkan penghargaan atas dedikasinya yang luar biasa, the real teacher yang memikirkan kemajuan murid-muridnya. salut banget dengan pak maman…keren habis

  12. Hebat Pak Maman, ilmu komputernya benar-benar bermanfaat ya bukan hanya sebagai guru tapi bisa bikin aplikasi juga. Semoga makin banyak guru yang seperti beliau.

  13. Salut banget dengan Pak Maman. Inovasinya pasti bermanfaat banget. Aplikasi ini pasti banyak dicari siswa dengan keterbatasan sinyal atau lagi nggak ada kuota, karena di pelosok sana banyak yang nggak mampu secara finansial tapi tetap bersemangat menimba ilmu dan belajar.

  14. Masya Allah..luar biasa sih ini inovasinya. Teringat sama beberapa sekolah di sini, eh banyak sih, yang lokasinya gak terjangkau sinyal. Terus ingat suka duka zaman sekolah online. Kakak saya alami nih, muridnya sampai manjat pohon, atau mesti ke kota dulu, biar bisa dapat sinyal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore